Hari itu Jumat tgl 18 Januari
2013,aku terbangun dari tidur dengan hati yang diliputi kesedihan,entah apa
sebabnya,tapi bayangan kakung yang sedang tergolek sakit,melawan kanker
kelenjar getah bening yang kakung derita sejak 7 bulan yang lalu seperti
tergambar dipelupuk mata.
Kakung adalah panggilan
kesayangan untuk Bapak mertuaku H.Fuad Latief,panggilan kesayangan dari
cucu-cucu beliau,termasuk anak-anakku,sehingga kami anak menantunya ikut
memanggil beliau dengan panggilan Kakung ( Mbah kakung ).
Beberapa hari yang lalu aku
sempat pulang ke desaku di Wanadadi kabupaten Banjarnegara-Jawa Tengah,untuk
menengok beliau dan sempat ikut membawa kakung berobat ke Rumah Sakit Sarjito
Jogyakarta,saat itu semangat hidup Kakung masih sangat tinggi,beliau senang
sekali ketika kami membawa beliau berobat dan melakukan Kemoterapi,padahal
secara medis kondisi kanker Kakung saat itu sudah Stadium akhir,Dokter yang
menangani Kakung juga sebenarnya sudah mengisyaratkan bahwa sudah tidak ada
gunanya melakukan tindakan apapun untuk Kakung,hanya mungkin karena alas an
etika kedokteran maka masih dilakukan tindakan kemoterapi selama 5 hari
berturut-turut.
Karena aku harus kembali bekerja
di Denpasar maka dengan berat hati harus meninggalkan Kakung yang sakit,dengan
satu pesan ke Istriku apapun yang terjadi sama Kakung nanti untuk member kabar
secepatnya.dan hari ini Jumat tanggal 18 Januari 2013 jam 8 pagi Istriku telpon,mengabarkan
kondisi Kakung yang sempat kritis sebelumnya,Istriku memintaku untuk segera
pulang.
Jam 3 sore aku berangkat pulang
dan sampai di Jogjakarta 1 jam berikutnya,sambil menunggu Travel yang akan
membawaku ke Banjarnegara,pikiranku tak pernah lepas dari Kakung,aku tahu
Kakung sangat menderita dengan sakitnya,tidak terbayangkan betapa sakitnya
Kakung,bahkan dalam doa Beliau sampai memohon kepada Allah Swt,agar anak-anak
dan cucu-cucunya jangan sampai mengalami sakit seperti Kakung,tanpa sadar aku
menitikan air mata.
Sosok Kakung bagiku bukan Cuma
sekedar Bapak Mertua,tapi jauh lebih dari itu,Kakung punya arti yang sangat
besar dalam hidupku,sejak aku menikah dengan Istriku pada tanggal 4 Januari
1994,beliau menganggap aku seperti anak sendiri,kasih sayangnya ke kami dan
keluargaku sangat tulus dan luar biasa,dulu ketika masih tinggal di Bali sama Istriku,Kakung
sering menengok kami di Bali,bahkan saking sayangnya ke Istriku ketika Istriku
hamil anak pertama dan sakit-sakitan karena ngidam,Kakung membawa pulang
Istriku agar bisa dirawat dirumah,rupanya beliau tidak tega anaknya sakit dirantau
sementara kondisi ekonomi kami waktu itu belum mapan sama sekali.
Banyak kenangan indah bersama
Kakung,akan aku tulis nanti pada tulisan berikutnya.yang pasti saat ini aku
sangat merasa kehilangan sosok Ayah yang luar biasa,sosok kakek yang penuh cinta
kasih untuk cu-cunya.
Jam 22 WIB aku sampai
dirumah,tidak sabar rasanya untuk segera melihat kakung,dan seperti yang sudah
kuduga aku melihat Kakung sudah sangat lemah,bahkan ketika aku bilang
“Kung Bowo sudah Pulang” tidak ada
reaksi sama sekali,tapi aku yakin beliau tahu aku pulang,aku menantu beliau
yang teramat sering mengecewakan Kakung,aku merasa saat itu begitu sedih dan
merasa berdosa pada Kakung,sampai pada kondisi Kakung saat ini aku belum pernah
merasa menjadi anak yang baik,anak yang berbakti pada orang tuanya,anak yang
memberi kebanggaan pada Kakung,pada saat-saat tertentu malah aku merasa tidak
pantas untuk menjadi anaknya.
Kakung seorang Ulama besar,sosok
Kyai yang sangat dihormati,sosok yang sangat sholeh dan amanah,apapun yang
beliau lakukan adalah semua untuk kemaslahatan Umat,untuk kebaikan semua
orang,siapapun beliau rangkul,tidak peduli miskin atau kaya,sementara aku
sampai hari ini merasa bukan menjadi anak yang baik dalam segala hal,dari segi
ekonomi aku belum mapan,dari segi agama aku bukan orang yang taat,bahkan tiap
kali ketemu Kakung beliau selalu berpesan agar jangan melupakan Sholat,karena
beliau tahu persis siapa dan bagaimana aku.
Sekarang ketika bersimpuh di
depan Kakung yang bergolek tanpa daya,diujung keberangkatan kakung menghadap
sang Khalik,aku merasa diri ini benar-benar kotor,bahkan aku harus tersendat
ketika membaca Surah Yassin untuk mengantar Kakung,apakah Kakung Bahagia atau
sedih melihat dan mendengar anak mantunya yang satu ini,yang penuh dosa ini
berusaha untuk mengantar beliau pulang menghadap Allah Swt dengan bacaan surat
Yassin yang belum tentu benar Tajwidnya,tapi aku percaya Kakung bahagia,aku
percaya siapapun diriku kakung sangat mengasihiku,seperti yang selalu beliau
bilang bahwa Kakung sangat bangga ke aku karena aku sangat mencintai dan sayang
pada anak-anak dan Istriku.
Dan ketika saatnya tiba,semua
berkumpul,anak-anak ,menantu-menantu,dan semua cucu-cucu kakung mengelilingi
pembaringan,lantunan doa,bacaan Alquran,sholawat Nabi dan bacaan Asmaul Husna
bergema tiada henti dari kami semua untuk kakung tercinta,dengan derai airmata
dan teriakan takbir kami antar Kakung memenuhi panggilan sang Maha pencipta
Allah Swt,tarikan nafas Kakung yang terakhir mengakhiri semua penderitaan dan
kesakitan kakung atas penyakit yang dideritanya.”Inalillahi Wainalilahi Rojiun”
dan Subhanallah kami semua melihat,kami semua menyaksikan bukti kebesaran Allah
terhadap hambanya yang Sholeh,hambanya yang selalu taat menjalankan semua
perintah dan menjauhi semua larangan Allah,sebuah kematian yang indah,kami
melihat wajah Kakung seperti muda kembali,hidungnya tertarik seperti
mancung,wajahnya bercahaya dan kami melihat wajah kakung begitu gagahnya
seperti masa mudanya dulu.sakit yang beliau derita semoga telah menggugurkan
semua dosa-dosa kakung seingga ketika Kakung menghadap Allah Swt dengan wajah yang berseri karena telah telah
tahu tempat terbaik disisi Allah menantinya.
Tidak ada jerit tangis berlebihan
mengiringi hembusan nafas terakhir Kakung,semua anak-anak dan cucunya telah
ikhlas melepas kepergian Kakung,kami
semua sayang Kakung tapi Allah juga sayang Kakung ,hambanya yang telah banyak
berbuat untuk agama,menyebarkan Islam,membimbing umat menuju jalan yang lurus,berdakwah
tanpa kenal lelah,menyayangi dan mencintai anak yatim juga banyak hal yang
sudah Kakung perbuat untuk keluarga,untuk
tetangga,saudara,adik-adiknya,sahabat-sahabatnya,bahkan orang-orang yang Kakung
tidak kenal tapi senang mendengarkan ceramah-ceramah Kakung di
pengajian-pengajian,diperingatan hari-hari besar Islam.juga Kakung adalah
favorit bagi pasangan pengantin yang menikah,karena ketika memberikan Khutbah
Nikah Kakung dengan gaya bahasa yang menyenangkan dan penuh humor,hingga
membuat orang betah mendengarkan ceramah Kakung.
Anakku Punggawa Fajar yang paling
merasa kehilangan Kakung,sempat pingsan karena menahan kesedihan,selama Kakung
sakit Ega (panggilan Punggawa Fajar ) termasuk
cucu yang paling rajin menjaga Kakung,mijiti telapak kaki kakung.
Ketika masih sehat juga Kakung
sangat perhatian ke Ega,hingga wajar kalau Ega merasa begitu kehilangan Kakung.
Hari ini Sabtu tanggal 19 Januari
2013 Kakung berpulang menghadap sang Maha Pencipta,lautan manusia mengantar
Kakung keperistirahatanya yang terakhir,tak terhitung jumlah pelayat yang
bergantian men Sholati Kakung,dari Ba’da Subuh Jenazah Kakung disemayamkan di
Masjid,dan sejak itu sampai diberangkatkan kepemakaman hampir tidak pernah berhenti
orang melakukan sholat Jenazah untuk Kakung.
Penghormatan yang pantas untuk
Kakung,Ribuan orang,masyarakat biasa sampai pejabat pemerintah Kabupaten ikut
melepas Kakung ke pemakaman,sebuah pengakuan dari masyarakat bahwa banyak yang
merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya Kakung,banyak yang merasa
kehilangan panutan,nasehat-nasehat kakung dan tempat bertanya bagi orang yang
punya masalah.
Akhirnya kami harus berpisah
untuk selamanya dengan Kakung,selamat jalan Kakung,kami semua menyayangi
Kakung,menghormati Kakung dan bangga menjadi Anak-anak dan Cucu Kakung,kami
akan berusaha untuk memenuhi semua wasiat kakung,Nasehat-nasehat Kakung,apa
yang sudah Kakung contohkan ke kami semua,akan kami tiru,akan kami jalankan
semua ajaran Kakung,tentang Silaturahmi,tentang menyayangi Anak yatim,tentang
menyayangi dan ngalah serta ngayomi saudara,tentang Sholat,sedekah,ngaji dan
semuanya yang Kakung ajarkan lewat perbuatan dan contoh langsung.maafkan kami
Kakung,dulu kami sering kesal ketika Kakung mengajak kami,silaturahmi,kondangan
kemana-mana ketempat orang-orang yang tidak kami kenal,atau saudara jauh yang
tinggal dipucuk gunung,dipelosok-pelosok desa,yang menurut kami hanya membuang
waktu dan biaya,tapi sekarang mata hati kami terbuka kung,inilah pelajaran Silturahmi
yang sebenarnya yang Kakung ajarkan,dan hasilnya ketika Kakung meninggal semua
saudara,kerabat,kenalan,datang mendoakan kakung,bahkan sampai 7 hari
meninggalnya Kakung tamu terus berdatangan untuk takziyah,sekali lagi Kung,kami
semua mohon maaf Kung,dan terima kasih sudah mendapat pelajaran yang begitu
banyak dari Kakung,bukan hanya sekedar ceramah,nasehat,kata-kata tapi pelajaran
yang luar biasa langsung dari kakung,pelajaran hidup yang tidak akan kami
dapatkan disekolah setinggi apapun.
Ya Allah Ya Karim,terimalah semua
amal ibadah Ayah,kakek kami,tempatkanlah beliau disisi Engkau Ya Allah,ampuni
semua kesalahan Beliau Ya Allah..amin Ya Roballalamin.
1 komentar:
Turut berduka cita,semoga amal ibadahnya di terima disisi Allah Swt,
Posting Komentar