Sholat Khusyu ? mungkin hanya sebuah Impian

Secara etimologi (bahasa), al-khusyu’ memiliki makna al-khudhû’ (tunduk). Seseorang dikatakan telah mengkhusyu’kan matanya jika dia telah menundukkan pandangan matanya. Secara terminologi (istilah syar’i) al-khusyu’ adalah seseorang melaksanakan shalat dan merasakan kehadiran Alloh Subhannahu wa Ta’ala yang amat dekat kepadanya, sehingga hati dan jiwanya merasa tenang dan tentram, tidak melakukan gerakan sia-sia dan tidak menoleh. Dia betul-betul menjaga adab dan sopan santun di hadapan Alloh Subhannahu wa Ta’ala. Segala gerakan dan ucapannya dia konsentrasikan mulai dari awal shalat hingga shalatnya berakhir. Berikut firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala tentang sholat yang khusyu’, yang artinya: “Yaitu orang-orang yang khusyu’ didalam sholatnya” (QS: Al-Mu’minun:2). Ayat tersebut ditafsirkan oleh Ibnu Abbâs Radhiallaahu anhu bahwa: “Orang-orang yang khusyu’ adalah orang-orang yang takut lagi penuh ketenangan”. Dan Ali Bin Abi Thalib berkata bahwa ”Yang dimaksud dengan khusyu’ dalam ayat ini adalah kekhusyu’an hati”. Kiat-kiat yang dilakukan sebelum melaksanakan shalat. Sebelum memulai ibadah shalat maka perhatikanlah kiat-kiat berikut ini: Menjawab seruan adzan dengan lafazh sebagaimana yang dikumandang kan oleh muadzin kecuali lafazh: “hayya ‘alash shalah dan hayya ‘alal falâh” maka jawabannya adalah “lâ haula walâ quwwata illa billâh” sebagaimana perintah Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam dalam sabdanya, yang artinya: “Apabila kalian mendengar muadzin (mengumandangkan azan) maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya….” (HR: al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya). Lalu berdo’a selesai adzan dengan do’a yang diajarkan oleh Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam seperti Allahumma Rabba hadzihid da’watit taammah…dst. Kemudian berdo’a sesuai dengan keinginan masing-masing, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam, yang artinya: ”Do’a antara adzan dan iqomah tidak tertolak” (HR: Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah dan lainnya) Berwudhu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam. Melakukan wudhu berarti telah merealisasikan perintah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, yang terdapat dalam firman-Nya, yang

Kisah Wali Kota Italia Kala Puasa Ramadan


TEMPO.CO, Jakarta - Arturo Cerulli adalah wali kota muslim pertama di Monte Argentario, Italia. Ketika berkunjung ke Jakarta, suami Sri Semiarti Sastropawiro ini sempat bercerita soal pengalamannya berpuasa Ramadan.
Bagi Cerulli, menjalankan ibadah puasa di Indonesia merupakan hal normal dan mudah ia lakukan. Sebab, banyak penduduk yang juga menjalani ibadah itu selama 30 hari. Namun di Monte Argentario, terkadang Cerulli terpaksa melewatkannya. "Pekerjaan mengharuskan saya untuk makan dengan orang lain dalam urusan bisnis," kata Cerulli dalam acara peluncuran buku Scappa Per Amore di Pasaraya Grande, Jakarta Selatan, Kamis, 18 Juli 2013. "Jadi terkadang saya tidak puasa."
Menurut pria 58 tahun itu, berpuasa di di Indonesia lebih mudah. Ia bisa mengikuti istri, keluarga, dan masyarakat sekitar yang juga berpuasa. Apalagi di Indonesia, Arturo melanjutkan, kebebasan untuk tidak berpuasa jauh lebih longgar ketimbang di negara muslim lainnya. "Kalau ingin makan kala Ramadan, ya makan, ada restoran yang buka," kata ayah dua anak ini.
 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 PRASASTI |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net